Like if u like,,,,

2 Nov 2010

membangun komunitas matematika




Banyak diungkapkan (antara lain oleh Heaton, 1994; Wood, Cobb dan Yackel, 1991 dalam Sherin, 1996) bahwa percakapan siswa tentang matematika yang dipelajari di kelas akan membawa pengaruh pula pada cara mengajar guru dan memberi kesempatan guru untuk “rethink” terhadap pemahaman matematika yang dimiliki. Sejalan dengan hal tersebut, Sherin (2000) mengatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas belajar siswa serta untuk membantu guru membuat berbagai perubahan dalam mengajarnya, membangun komunitas matematika menjadi sangat penting.


Dalam komunitas matematika dengan beragam aktivitas seperti: mengemukakan berbagai ide matematika, mengevaluasi pendapat teman, adu argumentasi, negosiasi pendapat, pengajuan pertanyaan dan sebagainya dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam (deep understanding) tentang matematika yang dipelajari. Berbagai aktivitas tersebut tentunya akan menumbuhkembangkan ketrampilan berkomunikasi dan social skills siswa.

Baroody (1996) mengemukakan bahwa untuk membangun komunitas matematika di dalam kelas, perlu (a) mengembangkan bahasa komunal- development of communal language, (b) menerapkan pembelajaran kooperatif, (c) menggalakkan penjustifikasian matematika.

Untuk mengenalkan dan menggunakan matematika sebagai bahasa komunal pada siswa, perlu dilakukan secara hati-hati dan bertahap. Ada 4 saran yang diberikan Baroody yakni:

(a). gunakan language-experience approach, yakni pendekatan yang didasarkan pada realitas yang meliputi aktivitas: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis; dalam aktivitas tersebut siswa dipandu untuk mengekspresikan reaksi, ide, dan perasaan berkenaan dengan situasi yang ada di kelas,

(b) definisi dan notasi formal harus dibangun melalui situasi informal,

(c) kaitkan istilah-istilah matematika dengan ekspresi yang dijumpai sehari-hari, (d) penting bagi siswa untuk dapat membandingkan dan membedakan bahasa matematika dengan bahasa sehari-hari.

Upaya kedua yang disarankan Baroody adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif jelas sangat berperan dalam membangun komunitas matematika. Sebab dalam pembelajaran kooperatif, komunikasi antar siswa sangat penting untuk pengkonstruksian pengetahuan matematika, maupun pengembangan pemecahan masalah, serta peningkatan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, dan peningkatan ketrampilan sosial. Hasil penelitiann Artzt (1996) menunjukkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif yang dilakukan secara efektif serta melakukan penilaian yang cermat terhadap komunikasi yang terjadi dalam aktivitas kelompok dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

Perlunya upaya penjustifikasian matematika lebih diarahkan agar guru dapat secara rutin menanyakan pada siswa agar dapat menjustifikasi jawaban dan dugaan yang diperoleh dalam setiap memecahkan masalah matematika yang diberikan. Proses ini akan membawa siswa pada suatu kebiasaan agar dapat mengkomunikasikan setiap hasil pemikirannya.

Berbagai sumber (antara lain: Cai, 1996; Nodding dalam Baroody, 1993; Artzt, 1996; Wanda, 1997; Riedesel, 1990; Huinker, 1996; Sherin, 2000b) menyatakan bahwa upaya membangun komunitas matematika yang kondusif bagi tumbuh kembangnya kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan matematika yang dipelajari siswa di kelas, dapat dilakukan dengan berbagai jenis aktivitas, antara lain: (a) pemberian tugas yang bersifat open - ended task, yang memungkinkan siswa menunjukkan proses dan menjelaskan alasan pengerjaannya, (b) melalui cooperative learning, (c) penggunaan metode proyek, (d) pengajuan masalah oleh siswa, (e) menerapkan strategi “think-talk-write”, dan (f) menerapkan strategi “explain-build-go beyond” Strategi “explain-build-go beyond” dan Strategi “think – talk - write” Untuk membangun komunitas matematika di kelas, Sherin (2000) menawarkan strategi “explain-build-go beyond” yakni suatu strategi yang didesain untuk membantu siswa lebih dari hanya sekedar berbicara tentang matematika tapi percakapan yang produktif tentang matematika (engange in productive talk about mathematics).

Esensi dari strategi tersebut adalah bagaimana siswa mengkomunikasikan perolehan jawaban terhadap open-ended problem yang diberikan guru, kemudian diikuti bagaimana siswa membangun pemahaman berdasarkan berbagai masukan dari siswa lain, dan akhirnya bagaimana siswa dapat mengembangkan jawaban untuk permasalahan yang lebih komplek di seputar masalah tersebut..

Strategi sejenis, diberikan oleh Huinker (1996) yaitu strategi “think – talk - write” yang juga mengedepankan perlunya siswa mengkomunikasikan hasil pemikiran matematikanya.



http://www.edukasi-online.info/index.php/pendidikan/58-membangun-komunitas-matematika-di-kelas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar