Like if u like,,,,

27 Okt 2010

Hakekat Anak Berkebutuhan Khusus



Anak berkebutuhan khusus atau dalam bahasa ingris Exceptional Children yang secara masyarakat awam dikenal juga istilah anak cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional. Selain itu ada juga yang menggunakan istilah seperti, anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa. Ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan, yaitu difabel yang merupakan kependekan dari diference ability. Tetapi sekarang menggunakan dengan istilah anak berkebutuhan khusus yang membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah dipergunakan dan masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi sosial) anak. Sedangkan pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi kemampuan intelektual sesuai dengan potensinya. Contoh, seorang anak tunanetra, jelas dia memiliki keterbatasan pada bidang penglihatannya, tetapi dia juga memiliki potensi kemampuan intelaktual yang tidak berbeda dengan anak normal, maka untuk dapat berprestasi sesuai kapasitas intelektualnya diperlukan alat bantu kompensatif indra penglihatan seperti talking komputer, talking books, buku tulisan braille, dsb.
Dalam penggunaan istilah tersebut anak berkebutuhan khusus di atas memiliki konsekuensi berbeda. Istilah yang paling tepat tergantung dari mana kita memandang. Seperti dalam bahasa Inggris dikenal istilah Impairment, disability, handicap. Impairment berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada jaringan.Disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu.Handicap berhubungan dengan kelainan dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang bila berinteraksi dengan lingkungan.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak – anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan kerakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak – anak normal pada umumnya. Perbedaan – perbedaan itu dapat dilihat dari perbedaan interindividual dan perbedaan intraindividual yang signifikan, sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran khusus. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hakekat anak berkebutuhan khusus.


A. Konsep Dasar anak Berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus dapat digolongkan menjadi 5 kelompok, yaitu :
a. Kelompok A
Yang menempati kelompok ini adalah mereka yang termasuk dalam kategori Tunanetra (anak yang memiliki kekurangan dalam indra penglihatan).
b. Kelompok B
Yang menempati kelompok ini adalah mereka yang termasuk dalam kategori Tunarungu (anak yang memiliki kekurangan dalam indra pendengaran) dan Tunawicara (anak yang memiliki kekurangan dalam indra pengucap).
c. Kelompok C
Yang menempati kelompok ini adalah mereka yang termasuk dalam kategori Tunagrahita (anak yang memiliki kecerdasan intelektual di bawah rata – rata).
d. Kelompok D
Yang menempati kelompok ini adalah mereka yang termasuk dalam kategori Tunadaksa (anak yang memiliki anggota tubuh yang kurang lengkap)
e. Kelompok E
Yang menempati kelompok ini adalah mereka yang termasuk dalam kategori Tunalaras (anak yang sangat hiper aktif)
f. Super berbakat
Yang menempati kelompok ini adalah mereka yang termasuk dalam kategori anak yang memiliki kecerdasan intelektual sangat tinggi (IQ di atas rata – rata).
Anak yang memiliki ketidaksempurnaan belum tentu masuk dalam ketegori anak berkebutuhan khusus dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai contoh, Bobi adalah seorang anak yang berusia 7 tahun dan duduk di kelas 1 sekolah dasar. Bobi memiliki kelainan fisik, yaitu jari – jari tangan kirinya hanya 4 buah. Suatu kecelakaan menyebabkan ibu jarinya harus dipotong (amputasi), sehingga bobi termasuk anak yang memiliki kecacatan, yaitu jari. Bobi tidak memerlukan bantuan khusus dalam proses pembelajaran di sekolah dan sosialisasi di lingkungannya. Di lain pihak, ada seorang anak bernama dewi, usianya 7 tahun, dia secara fisik (kesan lahiriah) terlihat tidak berbeda dengan anak – anak lain sebayanya. Tetapi, setelah masuk kelas mengikuti proses pembelajaran, dewi terlihat bingung dan selalu ketinggalan dalam prestasi belajar dengan teman – temannya, bahkan tidak mampu mengikuti proses pembelajaran di kelas. Ternyata dewi memang tidak mampu mengikuti proses pembelajaran seperti teman – temannya. Dewi memerlukan cara atau metode tersendiri dalam mengikuti proses pembelajarannya. Setelah mendapatkan layanan pembelajaran tersendiri sesuai dengan keadaanya dewi dapat mencapai prestasi belajar rata – rata kelas.
Menurut Bobi dan Dewi dalam memahami anak berkebutuhan khusus berarti kita harus melihat adanya berbagai perbedaan bila dibandingkan dengan keadaan normal, mulai dari keadaan fisik sampai mental, dari anak cacat sampai anak berbakat intelektual. Perbedaan untuk memahami anak berkebutuhan khusus ada 2 macam, yaitu:
1. Perbedaan Interindividual
Membandingkan keadaan individu dengan orang lain dalam berbagai hal diantaranya perbedaan keadaan mental (kapasitas kemampuan intelektual), kemampuan panca indera (sensory), kemampuan gerak motorik, kemampuan komunikasi, perbedaan perilaku social, dan keadaan fisik. Dalam pendidikan untuk mengetahui anak yang masuk kategori ABK, pemerintah merumuskan secara nasional kompetensi dasar yang harus dimilki sisiwa pada setiap mata pelajaran. Standarisasi alat ukur untuk mengetahui ABK dengan membandingkan hasil belajar anak dengan standar kelulusan. Jika prestasi siswa jauh di bawah standar kelulusan, maka dimungkinkan anak ini masuk kelompok anak berkebutuhan khusus. Selain perbedaan prestasi juga ada perbedaan kemampuan akademik. Kemampuan akademik ini biasanya digunakan tes kecerdasan yang dapat mengukur potensi kemampuan intelektual yang dinyatakan dengan satuan IQ. Secara teoritis keadaan populasi IQ anak akan mengikuti kurva normal dimana anak yang memiliki IQ pada posisi ekstrim -2 dan 2+ standar deviasi kurva normal, maka perlu diperhatikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Perbedaan ini tidak sekedar berbeda dengan rerata normal, tetapi perbedaan yang signifikan, sehingga anak tersebut memang memerlukan praktek pendidikan dan pengajaran khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

2. Perbedaan Intraindividual
Suatu perbandingan antara potensi yang ada dalam diri individu itu sendiri, perbedaan ini dapat muncul dari berbagai aspek meliputi intelektual, fisik, psikologis, dan social. Sebagai ilustrasi ada seorang siswa yang memiliki prestasi belajar sangat cemerlang tetapi dia sangat tidak disenangi oleh teman - temannya karena dia bersifat tertutup dan individualis, dan sulit diajak kerjasama. Dari gambaran tersebut maka dapat dibandingkan antara kemampuan intelektual dan kemampuan social siswa tersebut cukup signifikan, sehingga siswa tersebut memerlukan treatment atau perlakuan khusus agar potensinya dapat berkembang optimal.
Beberapa terminology yang dapat digunakan untuk memahami anak berkebutuhan khusus. Istialah tersebut adalah:
1. Impairment
Merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh, seorang anak yang mengalami amputasi kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
2. Disability
Suatu keadan dimana individu mengalami kekurang mampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh, anak yang cacat kakinya, maka ia akan merasakan berkuranagnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
3. Handicaped
Keadaan dimana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu. Contoh, anak yang kakinya diamputasi memerlukan kursi roda untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya.
B. Prevalensi
Perkiraan jumlah anak berkebutuhan khusus sangat diperlukan dalam pengambilan kebijakan. Karena jumlah anak berkebutuhan khusus antar lembaga ada perbedaan, hal ini sebenarnya wajar sebab setiap lembaga memiliki tujuan yang berbeda, sehingga cara pandang dan rumusan pengertian (definisi) anak berkebutuhan khusus berbeda. Jumlah anak berkebutuhan khusus berdasarkan sensus akan lebih kecil dari angka perkiraan. Hal ini terkait dengan sikap masyarakat yang masih banyak enggan mengakui keberadaan anak berkebutuhan khusus sebagai aib keluarga, sehingga setiap ada sensus penduduk yang dilakukan setiap sepuluh tahun sekali, selalu tidak muncul anak adanya anak berkebutuhan khusus.
Hasil penelitian terhadap 3.215 siswa kelas 1 hingga kelas 6 SD di DKI Jakarta menunjukan bahwa terdapat 16,52% yang oleh guru dinyatakan sebagai anak berkebutuhan khusus (Mulyono Abdurrahman, & Nafsiah Ibrahim, 1994). Menurut Kazuhiko dalam Takeshi Fujishima et al, (1992:26), estimasi prevalensi anak berkebutuhan khusus adalah 1 % hingga 4 % dengan perbandingan anak laki – laki dan perempuan antara 4 berbanding 1 hingga 7 berbanding 1. Berdasarkan artikel dalam Situs Informasi Seputar Autisme jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat dan menunjukan sepuluh persen populasi anak – anak adalah anak berkebutuhan khusus dan mereka harus mendapatkan pelayanan khusus.
Pada akhir perkembangan sekarang ini, Anak luar Biasa sudah mulai dianggap sebagai manusia biasa sama seperti yang lain. Ia memilii hak yang sama. Hal ini menimbulkan perlakuan yang wajar seperti pada anak yang lain yaitu dididik dan disekolahkan.
Perbedaannya hanya terletak pada adanya kelaian yang disandangnya, Kelainan bisa terletak pada fisiknya, mentalnya, sosialnya atau perpaduan ketiganya. Mereka mengalami kelainan sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan Pendidikan Luar Biasa. Dengan sikap ini maka ia memiliki hak yang sama dengan anak biasa lainnya. Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat yang meliputi:
1. Hak untuk mendidik dirinya. (The Right to Educated Oneself)
2. Hak untuk pekerjaan dan profesi.(The Right to Occupation or Profession)
3. Hak untuk memelihara kesehatan dan fisik secara baik ( The Right to Maintain Health and Physical Well Being)
4. Hak untuk hidup mandiri (the Right to Independent Living)
5. Hak untuk kasih sayang (Right to Love)
Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus
Untuk keperluan Pendidikan Luar Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1. Masalah (problem) dalam Sensorimotor
Anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat, mendengar dan kemampuan bergeraknya. Problem ini kita sebut Sensorimotor Problem.
Kelainan sensorimotor biasanya secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhannya dalam pendidikan.
Kelainan sensorimotor tidak harus berakibat masalah pada kemampuan inteleknya. Sebagian besar anak yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah dengan baik seperti anak yang tidak mengalami kelainan.
Ada tiga (3) jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor yaitu:
a. Hearing disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu)
b. Visual Impairment.(kelainan Penglihatan atau tunanetra)
c. Physical Disability (kelainan Fisik atau tunadaksa)
Setiap jenis kelainan tersebut akan melibatkan berbagai keahlian di samping guru khusus yang memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan. Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran ABK.
2. Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku.
Kelompok Anak Berkebutuhan Khusus yang mengalami problem dalam belajar adalah:
a. Intellectual Disability (keterbelakangan mental atau tunagrahita)
b. Learning disability (ketidakmampuan belajar atau Kesulitan belajar khusus)
c. Behavior disorders (anak nakal atau tunalaras)
d. Giftet dan talented (anak berbakat)
e. Multy handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda)

5 komentar:

  1. oke salam kenal juga,,,
    sering-sering berkunjung ya...
    salam kenal. edusogem

    BalasHapus
  2. QQ :
    keren...sangat membantu untuk penelitian saya
    tq ya artikelnya

    BalasHapus
  3. boleh tau gak, sumber referensi artikel ini darimana ya?
    sebab aku perlu untuk buat artikel ni...

    BalasHapus
  4. Duh dlu ntu aku buat tgs,dr dosen,.
    Lo g slh buku dr dosenya jd dh lupa,..

    BalasHapus