Like if u like,,,,

10 Mei 2011

Keuntungan dari penggunaan discovery dalam belajar fisika menurut burner

Keuntungan dari penggunaan discovery dalam belajar fisika menurut burner yaitu:
1. Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan pikirannya itu sendiri. Dengan model discovery siswa dilatih untuk menggunakan pikiran dalam memecahkan masalah.
2. Mengembangkan motivasi intrinsic. Dengan menemukan sedndiri dalam discovery siswa merasa puas secara intelektual. Kepuasan ini merupakan penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih menguatkan untuk terus mau menekuni sesuatu.
3. Belajar menemukan sesuatu.
4. Ingatan lebih tahan lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat akan yang dipelajari; sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan lama dan tidak mudah dilupakan.
5. Menimbulkan keingiontahuan siswa dan memotivasi siswa untuk terus menemukan sesuatu sampai ketemu.
6. Melatih ketrampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.
7. Jerome Bruner, seorang profesor psikologi dari Harvard University di Amerika serikat menyetakan beberapa keuntungan metode discovery (penemuan) sebagai berikut.
a. Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru.
c. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
d. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesis sendiri. Di dalam proses belajar melalui “discovery”, tugas kegiatannya dibuat “open-ended” sehingga siswa menjadi bebas untuk mengembangkan hipotesis-hipotesisnya sendiri.
e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
8. Pengajaran menjadi “student-centered”. Salah satu prinsip psikologi tentang belajar menyatakan bahwa makin besar keterlibatan siswa dalam kegiatan, maka makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Biasanya bila guru berpikir tentang pembelajaran Fisika, Ia menganggap bahwa siswa sedang mengasimilasi beberapa informasi. Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju ke pembentukan manusia seutuhnya (“a fully function person”). Misalnya, di dalam situasi proses discovery, siswa tidak hanya belajar tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi Ia juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi sosial dan sebagainya. Sebaliknya, banyak kesempatan untuk pengembangan bakat-bakat di atas bagi siswa sangat terhalang di dalam pengajaran yang berdasarkan pada “teacher centered”. Apabila dipandang pengajaran sebagai cara untuk memungkinkan siswa dapat menjadi manusia yang utuh, maka sukarlah untuk mempertahankan situasi lingkungan proses belajar yang berdasarkan pada “teacher centered”.
9. Tingkat pengharapan bertambah. Bagian dari konsep diri siswa ialah tingkat pengharapannya, yaitu siswa mempunyai ide tertentu tentang bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri. Sayangnya, banyak siswa yang telah mendapatkan tingkat pengharapan yang rendah. Mereka merasa, misalnya ; “Saya tidak dapat mengerjakan soal-soal mekanika”, “Saya tidak pernah mendapatkan hasil yang baik dalam pelajaran Fisika”. Sebenarnya melalui kegiatan “discovery”, siswa mungkin dapat memperoleh pengalaman yang sukses dalam menggunakan bakat-bakatnya untuk menyelidiki atau memecahkan problem-problem Fisika. Misalnya, “Saya dapat memecahkan problem Mekanika dengan cara saya sendiri tanpa pertolongan orang lain”.
10. Seringkali guru tidak memberikan waktu cukup kepada siswa untuk berpikir dalam hubungannya dengan proses pembelajaran Fisika. Siswa memerlukan waktu dalam menggunakan daya otaknya untuk berpikir dan memperoleh pengertian tentang konsep, prinsip dan teknik-teknik memecahkan suatu problem. Dr Jean Piaget percaya bahwa ‘tidak akan terjadi proses belajar yang sejati (murni) apabila siswa tidak asimilasi serta mengakomodasi segala sesuatu yang ia jumpai di lingkungannya”. Apabila hal ini tidak terjadi, maka guru dan siswa hanya terlibat dalam “pseudo-learning”, yaitu berupa hafalan atau ingatan yang segera musnah menjadi kelupaan yang tak bermakna. Oleh karena itu, guru harus menyadari dan cukup menjamin bahwa siswa memperoleh keberhasilan di kelak kemudian untuk memahami implikasi-implikasi penting studinya.
11. Apabila siswa belum pernah mempunyai pengalaman belajar melalui kegiatan “discovery”, maka pada permulaan kegiatan belajar mungkin ia memerlukan struktur yang cukup luas dalam pelajaran-pelajarannya. Setelah siswa memperoleh beberapa pengalaman tentang bagaimana melakukan suatu penyelidikan, ia akan dapat melakukan tugas-tugas dengan bentuk-bentuk pelajaran yang strukturnya tidak begitu luas. Dalam hal ini, istilah umum “sifat menyelidiki” digunakan baik untuk pendekatan pembelajaran Fisika dengan menggunakan metode “discovery” maupun “inquiry”.
12. Proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dan Fisika di Sekolah Menengah dan perguruan tinggi yang menggunakan “discovery-inquiry” dapat lebih mengembangkan “sifat menyelidiki” pada diri siswa. Di lain pihak pembelajaran menggunakan “discovery-inquiry” akan menciptakan pembelajaran yang student centered bukan lagi teacher centered. Bila yang terjadi sebaliknya, maka guru dan siswa hanya terlibat dalam “pseudo-learning”, yaitu berupa hafalan atau ingatan yang segera musnah menjadi kelupaan yang tak bermakna.
13. Dengan demikian harapan mewujudkan siswa menjadi manusia seutuhnya (“a fully function person”) akan mendapat peluang yang besar mewujudkannya bila proses pembelajaran Fisika menggunakan pendekatan yang konstruktif semisal “discovery-inquiry” itu. Hal itu memerlukan kesadaran dan kemauan yang tinggi dari setiap guru-guru IPA atau guru Fisika.

Pengertian Discovery

Discovery adalah model pengajaran dimana guru memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti secara dalam. Dengan menemukan sendiri, siswa akan sampai pada pengalaman gembira “AHA! Aku menemukan!” siswa akan menjadi senang.

Discovery merupakan metode belajar berbasis pencarian, penyelidikan. Gagasan awal diambil dari Rousseau, dewey, piaget, dan bruner. Menurut Bruner ( dalam Burden & Byrd, 1999:104 ) pembelajaran discovery adalah pendekatan kognitif dalam pembelajaran dimana guru menciptakan situasi sehingga siswa dapat belajar sendiri. Siswa belajar melalui keterlibatagn aktif dan prinsip-prinsip. Siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya. Jadi, dalam discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh terlibat pada persoalannya, menemukan prinsip-prinsip atau jawaban lewat suatu percobaan.

Yang menarik adalah bahwa discoveri selalu dalam situasi problem solving, dimana pelajar dihadapkan pada pengalaman sendiri dan pengetahuan awal mereka, untuk menemukan kebenaran atau pengetahuan baru yang harus dipelajari. Maka sering discovery disebut pembelajaran personal, internal, dan konstruktivis.
Anggapan dasar dari metode discovery adalah bahwa apa yang dipelajari sendiri akan dimengerti lebih baik. Modelnya adalah pencarian induktif. Dalam pencarian itu siswa menemukan ayau mengkonstruksi prinsip dan konsep dengan berhadapan pada contoh atau pengalaman dari prinsip itu ( kaufman 1971 dalam de Boer, 1991 ). 

Dalam model ini siswa berperan aktif dalam proses belajar dengan :
1. Menjawab berbagai pertanyaan atau persoalan,
2. Memecahkan persoalan, untuk menemukan konsep dasar.
Peran guru berubah dari menyajikan informasi dan konsepnya, menjadi mengajak siswa bertanya, melihat, dan mencari sendiri. Guru hanya memberikan arahan.
Menurut soebroto, metodfe penemuan diartikan sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan percobaan lain-lainnya. Metode penemuan adalah metode dimana dalam proses belajar siswa diperkenankan menemukan sendiri informasinya. Disini keaktifan siswa sangat penting.
 Trowbridge & Bybee (hal 176) menjelaskan discovery sebagai proses mental di mana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Discovery terjadi bila seseorang sungguh terlibat dengan proses berfikir untuk menemukan konsep atau prinsip-prinsip. Unsure penting dalam proses ini adalah siswa dengan menggunakan pikirannya sendiri mencoba menemukan sesuatu pengertian dari apa yang sedang dipelajari.
Macam–macam Discovery menurut Weimer (1975, dalam Burden & Byrd, hal 104) mengidentifikasi adanya 6 discovery, yaitu:
  1. Discovery, proses menemukan sesuatu sendiri. Prosesnya lebih bebas, intinya adalah orang menemukan hokum, prinsip, atau pengertian sendiri.
  2. Discovery teaching. Model mengajar dengan cara menemukan sesuatu. Digunakan guru untuk mengajar siswa dengan cara penemuan.
  3. Inductive discovery. Penemuan dengan pendekatan induktif, yaitu dari pengamatan banyak data, kemudian disimpulkan. Prosesnya lengkap seperti metode ilmiah.
  4. Semi-inductive discovery. Penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi tidak lengkap. Seperti data yang diambil hanya sedikit atau prosesnya yang disederhanakan.
  5. Unguided or pure discovery atau discovery murni : siswa diberi persoalan dann harus memecahkan sendiri dengan sedikit sekali petunjuk guru. Guided discovery : siswa diberi soal untuk dipecahkan dengan guru menyediakan petunjuk dan arahan bagaimana memecahkan persoalan tersebut.

Proses discovery

Proses discovery meliputi:
1. Mengamati. Siswa mengamati gejala atau persoalan yang dihadapi.
2. Menggolongkan. Siswa mengklasifikasi apa-apa yang ditemukan dalam pengamatan sehinggan menjadi lebih jelas.
3. Memprediksi. Siswa diajak untuk memperkirakan mengapa gejala itu terjadi atau mengapa persoalan itu terjadi.
4. Mengukur. Siswa melakukan pengukurfan terhadap yang diamati untuk memperoleh data yang lebih akurfat yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan.
5. Menguraikan atau menjelaskan. siswa dibantu untuk menjelaskan atau menguraikan dari data pengukuran yang dilakukan.
6. Menyimpulkan. Siswa mengambil kesimpulan dari data data yang didapatkan.

Perbedaan Discovery dengan Inquiri

Sebagai proses belajar discovery mempunyai kemiripan dengan inquiry yaitu sama sama menekankan keaktifan siswa dan pencarian sendiri oleh siswa dengan model pendekatan ilmiah. Perbedaannya adalah inquiry lebih pada penyelidikan suatu masalah yang secara ketat mengikuti metode ilmiah sedang discovery tidak harus penyelidikan masalah, tetapi dapat berupa penemuana yang biasa, dan dapat juga memecahkan persoalan yang tidak konkrit.
Inquiry jelas membutuhkan discovery di dalamnya, yaitu bagaimana seseorang mmenemukan sesuatu. Inquiry menuntut proses yang lebih kompleks dan lengkap sesuai dengan metode ilmiah.sedangkan discovery tidak harus lengkap prosesnya.
Contoh Discovery
1. Guided Discovery :
a. Persoalan : cobalah anda golongkan adanya benda padat, cair dan gas!
b. Disediakan beberapa zat dan peralatan ukur.
c. Hasilnya dilaporkan.

2. Discovery murni
a. Cobalah sendiri bagaimana anda menemukan volume suatu benda yang tidak rata?
b. Caranya bebas!

TEKNIK PENGGALIAN TEMA PADA KELAS RENDAH

Nama kegitan :
Mummi Pencari Tema
Alat dan bahan :
1. Media gambar Mummi
Langkah kegiatan :
1. Siswa di kondisikan untuk di beri arahan
2. Siswa diberi motivasi mengenai manfaat menjaga lingkungan alam
3. Siswa diberi arahan oleh guru untuk membuat kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat anak yang berdekatan
4. Siswa mendengarkan cerita pencari harta karun di mesir
5. Setiap kelompok siswa mengirimkan perwakilan kelompok untuk mencoba media Mummi Pencari Tema
6. Setelah perwakilan kelompok berkumpul di depan, masing-masing perwakilam mencoba jalur Mummi Pencari Tema dengan di dukung dari anggota kelompok lain dengan meneriakan yel mereka
7. Jika ada kesalahan atau tersesat maka bergantian dengan kelompok lain
8. Setelah ada kelompok yang benar maka, kelompok itu menjadi pemenangnya
9. Untuk mempertegas maka dilakukan bersama-sama dan menegaskan bahwa tema hari ini adalah Hewan