Like if u like,,,,

30 Des 2010

Perjalanan Amal dari Langit Ke Langit

Sesungguhnya, sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah SWT menciptakan tujuh malaikat. Kemudian pada tiap-tiap langit di utus satu malaikat sebagai penjaga pintunya. Dan merekalah yang “menjemput” amalan setiap manusia….

Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW berkata kepada Mu’adz, “Hai Mu’adz, sesungguhnya aku akan menyampaikan hadis kepada engkau. Jika engkau hafal, niscaya bermanfaat bagimu di sisi Allah. Sedangkan jika engkau sia-siakan dan tidak engkau hafal,niscaya terputuslah
hujahmu (alasanmu) di sisi Allah pada hari, kiamat”
Setelah itu Rasulullah SAW menceritakan kepada Mu’adz tentang perjalanan amal dari langit ke langit, yang ringkasannya adalah sebagai berikut:
Sesungguhnya, sebelum Dia menciptakan langit dan bumi Allah Tabaraka wa Ta’ala menciptakan tujuh malaikat. Kemudian pada tiap-tiap langit diutus satu malaikat sebagai penjaga pintunya. Lalu naiklah para malaikat penjaga amal manusia, membawa amal seorang hamba. Amal itu berjalan diiringi cahaya seperti cahaya matahari. Namun malaikat penjaga pintu langit berkata kepada malaikat penjaga amal, “Pukulkan amal ini kepada muka pemiliknya. Akulah malaikat pengurus umpatan. Aku ditugaskan oleh Tuhanku, agar tidak membiarkan amal seseorang yang di dalamnya terdapat umpatan, melewatiku”

Kemudian naik lagi malaikat penjaga amal, dengan membawa amal saleh seorang
hamba Allah. Amal tersebut dibawa sambil dipuji, dan bisa lulus melewati langit dunia atau langit pertama. Namun malaikat penjaga langit kedua menahannya, seraya berkata, “Berhenti..! Pukulkan amal ini kepada pemiliknya. Sesungguhnya pemilik amal ini berkeinginan (bermaksud) untuk mendapatkan kehidupan dunia. Aku ditugaskan oleh Tuhanku, agar tidak membiarkan amal orang yang menyombongkan diri melewatiku. Pemilik amal ini menyombongkan diri kepada manusia dengan amalnya.”
Para malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal hamba. Amal tersebut gilang-gemilang dengan nur dari sedekah, sholat, dan puasa, sehingga membuat takjub malaikat penjaga amal, serta bisa selamat saat melewati langit pertama dan kedua. Tetapi malaikat penjaga langit ketiga menahannya dan berkata, “Berhenti! Pukulkan amal itu kepada muka pemiliknya. Aku adalah malaikat yang mengurus takabbur. Aku ditugaskan oleh Tuhanku supaya tidak membiarkan amal seperti ini melewatiku. Pemilik amal ini suka bersikap takabbur (sombong) kepada manusia di majlis­-majlis mereka”
Para malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal hamba yang bercahaya seperti bintang gemintang dan menyuarakan tasbih. Ini adalah amal ibadah shalat, haji, dan umrah. Langit pertama, kedua dan ketiga pun berhasil dilaluinya, kemudian tibalah di langit keempat. Malaikat yang bertugas di langit ini berkata kepada mereka, “Berhenti! Tamparkan amal ini ke wajah, punggung, dan perut pemiliknya! Aku adalah malaikat yang bertugas mengurus ujub (pamer). Allah menugaskan supaya aku tidak membiarkan amalnya melewatiku. Sesungguhnya manusia ini berbuat atau melakukan suatu amal ibadah, tetapi dimaksudkan untuk ujub’
Para malaikat penjaga amal itu naik lagi dengan membawa amal hamba. Dan mereka pun berhasil melewati langit pertama, kedua, ketiga dan keempat. Amal itu seakan-akan pengantin puteri yang diantar untuk diserahkan kepada suaminya. Namun malaikat penjaga langit kelima menahannya dan berkata, “Berhenti! Tamparkan amal ini di pundaknya. Aku malaikat yang bertugas mengurus dengki. Sesungguhnya pemilik amal ini dengki kepada manusia. Dan ia dengki kepada setiap orang, yang mengambil keutamaan dari ibadah. la mencaci maki mereka. Aku disuruh oleh Allah untuk tidak membiarkan amalnya melewatiku.”
Malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal hamba, yang bersinar laksana rembulan. Sinar ini bersumber dari ibadah shalat, zakat, haji, umrah, jihad dan puasa. Amal ini berhasil melewati langit pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima.
Tetapi malaikat penjaga langit keenam menahannya serta berkata,”Berhenti! Tamparkan amal ini ke muka pemiliknya, sebab meskipun ia telah melakukan seluruh amalan itu, namun tak pernah mengasihi,manusia atau hamba Allah yang tetimpa bala atau penyakit. Bahkan ia membuat mereka lebih parah. Akulah malaikat rahmat yang ditugaskan oleh Allah untuk tidak membiarkan amalnya melewatiku
Para malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal hamba berupa puasa, shalat, nafkah (belanja keluarga), zakat, kesungguhan beramal dan wara` Amal itu bersuara layaknya bunyi petir dan memiliki cahaya bagaikan matahari, serta dikawal tiga ribu malaikat. Langit pertama, kedua, ketiga, kempat, kelima dan keenam, berhasil dilaluinya. Maka sampailah di langit ketujuh. Namun malaikat penjaga di langit ini menahan dan berkata, “Berhenti! Tamparkan amal ini ke muka dan seluruh anggota badan pemiliknya.Tutuplah hatinya dengan amal itu. Sesungguhnya aku akan meletakkan dinding (hijab) dariTuhanku, untuk setiap amal yang tidak dimaksudkan untuk Allah. Pemilik amal ini memiliki tujuan di luar Allah. Dengan amalnya, ia berkeinginan memperoleh sebutan ulama, dan keagungan namanya tersiar di berbagai kota. Allah menugaskan kepadaku agar tidak membiarkan amalnya lolos melewatiku. Setiap amal yang. dilakukan dengan tidak bertujuan mencari ridha Allah (tidak ikhlas), maka termasuk riya. Allah tidak akan menerima amal orang yang riya (ingin dipuji)”
Para malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal hamba yang terdiri dari shalat, zakat, puasa, haji, umrah, kebaikan akhlak, diam dan dzikir kepada Allah. Malaikat tujuh langit semuanya ikut mengantarkan, hingga menembus hijab (dinding) demi hijab dan akhimya sampai di hadapan Allah Ta’ala.
Lalu mereka (para malaikat) berdiri dihadapan-Nya dan menjadi saksi bahwa amal saleh tersebut dilakukan dengan ikhlas, demi mencari ridha Allah semata. Kemudian Allah SWT berfirman:
“Kalian adalah malaikat penjaga amal hamba-Ku: Sedang Aku adalah Arraqiib (pengintip) terhadap apa yang ada didalam hatinya. Sesungguhnya hamba-Ku tidak menghendaki Aku dengan amal ini. la menghendaki yang lain. Maka kepadanya adalah kutukan-Ku.”
Lalu para malaikat itu menjawab,”Kepadanya kutukan-Mu, dan juga kutukan kami”.Lalu ketujuh langit dan malaikat yang berada di sana juga melaknat hamba Pemilik amal tersebut….
Begitulah.yang disabdakan Nabi SAW. Mendengar semua itu menangislah Mu’adz. “Wahai Rasulullah, engkau Rasul Allah, sedang aku hanyalah Mu’adz. Bagaimana aku bisa selamat dari itu semua?”,tanyanya.
Rasulullah SAW bersabda, “Ikutilah aku, walau amal yang kamu bawa kurang: wahai Mu’adz, peliharalah lidahmu dari mencaci, saudara-saudaramu dan penghafal AI-Qur’an. Bawalah dosamu atas dirimu sendiri, dan jangan kamu bawa kepada mereka. Janganlah membersihkan dirimu dengan jalan mencela mereka. Jangan pula engkau mengangkat dirimu atas mereka. Janganlah engkau memasukkan amal dunia dalam amal akhirat. Engkau jangan hanya beramal. Jangan pula takabur dalam majlis yang ada. Janganlah berbicara dengan orang sedang di sisimu ada orang lain. Janganlah membesarkan diri di atas manusia, sehingga kebajikan dunia akan terputus darimu. Dan janganlah engkau koyakkan daging manusia, sebab akibatnya nanti, anjing akhirat akan mengoyak-ngoyakmu di dalam neraka. Allah ta’ala berfirman, `Dan yang menarik dengan perlahan.” (QS: An­Nazi’at:2). Tahukah engkau siapakah yang menarik itu, hai Mu’adz.?”
Mu’adz balik bertanya, “Siapakah dia, wahai Rasulullah?. Nabi Muhammad SAW menjawab,”Dia adalah anjing neraka, yang menarik daging dan tulang.” Mu’adz bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, siapa yang sanggup menahan perkara ini? Dan siapa pula yang bisa terlepas dari padanya?’
Rasulullah SAW menjawab,”Wahai Mu’adz, sesungguhnya mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah dari hal itu. Cukuplah yang demikian itu untuk senantiasa engkau mencintai umat manusia, dengan yang menurut engkau baik. Jauhilah mereka dengan apa yang menurut engkau jelek. Maka ketika itu (kamu lakukan) selamatlah engkau wahai Mu’adz
Menurut sebuah riwayat, setelah mendengar langsung hadits ini Mu’adz menjadi sosok yang amat gemar membaca Al Qur’an. Dia begitu takut dengan kandungan sabda Rasulullah SAW tersebut.(Disarikan dari sumber terpilih)

by kikhiesilveria in Mutiara Hikmah.

hidup adalah pendakian

hidup adalah pendakian

oleh Paranggi Rismoko Hadi pada 15 November 2010 jam 10:21
“Ayah, ayah” kata sang anak…

“Ada apa?” tanya sang ayah…..

“aku capek, sangat capek …

aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek …aku mau menyontek saja!

aku capek. sangat capek …

aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! …

aku capek, sangat capek … aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung …aku ingin jajan terus! …

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati …

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku …


aku capek ayah, aku capek menahan diri …aku ingin seperti mereka…

mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! .. ”

sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata

” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu ”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak


kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang …

lalu sang anak pun mulai mengeluh

” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” …

sang ayah hanya diam.


Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang …

“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini !”

sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.

“ Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.

” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah …?”

” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”

” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu ”

” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”

” Nah, akhirnya kau mengerti”

” Mengerti apa? aku tidak mengerti”

” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”

” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”

” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi … ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri … maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri … seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya … maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang … maka kau tau akhirnya kan?”

” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar ”


Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya. “Ayah, ayah” kata sang anak…“Ada apa?” tanya sang ayah…..“aku capek, sangat capek …aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek …aku mau menyontek saja!aku capek. sangat capek …aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! …aku capek, sangat capek … aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung …aku ingin jajan terus! …aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati …aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku …aku capek ayah, aku capek menahan diri …aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! .. ”sang anak mulai menangis…Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu ”, lalu sang ayah menarik tangan sang anakkemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang …lalu sang anak pun mulai mengeluh” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” …sang ayah hanya diam.Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang …“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini !”sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.“ Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah …?”” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu ”” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”” Nah, akhirnya kau mengerti”” Mengerti apa? aku tidak mengerti”” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi … ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri … maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri … seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya … maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang … maka kau tau akhirnya kan?”” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar ”Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya. 

catatan teman paranggi RS

makna kehidupan

Bukankah hidup itu layaknya sebuah sekolah, atau kampus bernama universitas kehidupan yang tak kan habis-habisnya kita jalani hingga ajal menjelang?!. Bukankah dalam sekolah kita akan menghadapi ujian-ujian?!. Lepas dari satu ujian Allah memberi kita ujian yang lain. Lulus ujian yang satu, Allah beri ujian yang lebih berat. Tidak lulus ujian yang satu, Allah beri ujian yang lebih ringan. Begitu seterusnya. Tidak lain karena Allah ingin kita lulus hingga kelas terakhir dan menerima raport “kehidupan” dengan hasil yang memuaskan jika kita bisa menghadapi ujian dengan baik, atau sebaliknya. Tinggal kita sendiri yang memilihnya. Mau hasilnya baik atau tidak.


Bukankah dalam hidup kita sedang menuliskan sejarah kita sendiri?!. Bukankah kita akan menuai apa yang telah kita lakukan?!. Kelak di yaumil akhir, ketika mata, tangan, kaki, lidah tak bisa lagi berkelit dari ketetapan Allah, kelak ketika catatan amal-amal kita dibacakan di pengadilan akhirat. Di saat itulah kita tak bisa lagi mengelak. Maka, selama nafas masih ada, selama ruh masih di dalam jasad, hanya taubat, penyesalan dan ikhtiar perbaikan diri yang seharusnya kita lakukan. Saat melakukan kesalahan, ingatlah bahwa Allah yang tak pernah tidur mengetahuinya. Tak ada yang bisa lepas dari pengawasan Allah meski hanya gugurnya sehelai daun.

Hidup ibarat menulis. Kita menulis apa saja dari tiap-tiap detik yang kita lalui. Kita menulisnya di sebuah buku kehidupan yang menyimpan rahasia kehidupan kita sendiri. Kita menulis setiap hari dengan kalimat-kalimat yang terangkai dari perilaku dan perbuatan kita sendiri. Setiap kata yang kita tulis terangkai menjadi kalimat-kalimat. Setiap kalimat yang kita tulis terangkai menjadi paragraph. Tiap paragraph yang kita tulis terangkai menjadi kumpulan paragraph, dan tiap kumpulan paragraph yang kita tulis terangkai menjadi sebuah cerita. Cerita kehidupan kita sendiri yang setiap hari akan menjadi sejarah di sebuah buku “pertanggungjawaban” selama kita hidup di dunia.