Like if u like,,,,

20 Nov 2010

teori kecerdasan dan klasisifikasi kecerdasan

///
Teori Kecerdasan

Untuk mendefinisikan hakekat intelegensi terdapat berbagai perbedaan.perbedaan ini terjadi disebabkan oleh perbedaan pengertian dasar dalam memandang mengamati apa yang disebut perilaku intelegen. Cara memandang ini disebut teori. Teori yang dipakai acuan untuk men definisikann hakekat intelegensi ( Subino Hadisubroto, 1984 : Moh. Surya.1979 ). Yaitu meliputi:

Teori keturunan lingkungan

Teori ini mempunyai 3 anak teori. Pertama intelegensi lebih ditentukan oleh keturunan daripada oleh lingkungan. Ada 4 tokoh yang memperkuat teori ini, yaitu Arthur R Lensen ( 1969 ) menyimpulkan intelegensi lebih ditentukan oleh keturunan daripada lingkungannya. Sir Curil Burt ( 1955 ) memandang intelegensi sebagai kemampuan berpikir umun yang dibawa sejak lahir. Woodrow ( Butcher, 1973 ) memandang intelegensi sebagai kapasitas bawaan. David Wechsler ( 1943 ) memandang bahwa intelegensi itu sebagai kapasitas bawaan serta kapasitas yang bulat untuk bertindak secara terarah, berfikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungan secara efektif.
Teori kedua : memandang intelegensi lebih ditentukan oleh lingkungan daripada keturunan. Tokohnya adalah Ierome S. Kegan ( 1969 ).
Teori ketiga memandang intelegensi sebagai hasil antara lingkungan keturunan dan interaksi antara keduanya. Tokoh tokohnya diantaranya Crow ( 1972 ) Hilgard ( 1962 ) Ross ( 1974 ) dan Clark 1983. konsep-konsepnya dapat dirumuskan bahwa perkembangan intelektual merupakan hasil interaksi antara pola genetic dan pengaruh lingkungan.

Teori Epistimologis-Biologis
Teori ini mempunyai dua anak teori.yang pertama memandang bahwa intelegensi sebagai kemampuan berfikir jernih, analitis, dan komprehensif.
Teori kedua memandang intelegensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru ( biologis ),salah satu tokohnya adalah john Peaget

Teori Struktural
Terdapat dua model teori structural yang dapat dikemukakan yaitu model structural Guilford dan model Facet Guttman. Model structural Guilford dikenal dengan sebutan The Structure of Intellect ( SOI ). Teori ini membedakan berfikir konvergentif dengan divergentif. Tes yang mengukur sisi konvergentif menghendaki test ini mencari satu jawaban betul atas suatu persoalan, sisi inilah yang dinamakan kecerdasan. Sedangkan tes yang mengukur sisi divergentif menghendaki tes ini mencari sejumlah alternative jawaban atas suatu permasalahan.dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berpikir divergentif / kreativitas. Guilford berpendapat bahwa intelegensi dibangun atas 3 mantra,yaitu ; operasi, isi dan hasil.
Guttman ( Subino Hadisubroto, 1984 ) mengemukakan bahwa ada tigga kategori tes intelegensi, yakni tes yang disusun di dalam bentuk gambar-gambar, symbol-simbol, dan kata-kata bermakna, menurut Guttman model tersebut belum lengkap. Untuk melengkapinya Guttman mengusulkan butir-butir soal analitis dan prestasi belajar ke dalam tes intelegensi tersebut.

Teori Faktorial

Teori ini mempunyai berbagai variasi, diantaranya teori satu factor Binet. Teori dua factor Spearmen, teori dua factor Holzinger, teori bertingkat Philip E Vernon, Teori tiga factor Sternberg, dan teori tujuh .

a. teori factor Binet berpendapat bahwa intelegensi itu terbangun atas satu factor saja, yaitu factor genetic saja ( Freeman, 1965 ). Yang dimaksudkan dengan factor adalah kemampuan umum.

b. Teori dua factor Spearman, intelegensi terbangun atas dua factor, yaitu factor general ability ( “g” dan special ability “s”) .

c. Teori dua factor Helpzinger merupakan variasi dari teori Spearman. Beliau berpendapat bahwa tes yang tidak memenuhi syarat proporsionalitas tidak perlu dipandang sebagai pengganggu dan harus dibuang dari baterai tes yang bersangkutan. Sepanjang bagian-bagian tes lainnya dari tes tersebut memiliki factor kebersamaan yang sama.

d. Teori bertingkat Philip E. Veron ini mirip dengan konsepsi Spermen .menurut verao( Subino Hadi subroto 1984) bahwa dibawah factor G , terdapat 2 faktor yang utama yang masing-masing adalh factor pendidikan verbal dan factor praktis.

e. Teori tiga factor Sternberg’s Triarchic teory (K=Laura E. Brek, 1994). Teori ini menegskan bahwa ketrampilan memproses informasi, pengalaman terdahulu yang berkaitan dengan tugas dan factor-faktor kontekstual atau cultural itu berinteraksi untuk menentukan perilaku intelejen.

Berdasarkan deskripsi teori –teori tersebut di atas, kiranya sulit dikemukakan satu-satunya rumusan definisi kecerdasan yang tepat .oleh karena rumusan definisi kecerdasan sangat tergantung pada teori mana yang relevan untuk kepentingan apa


Klasifikasi Kecerdasan

Secara konvensiaonaln klasifikasi kecerdasan dewasa ini masih mengikuti klasifikasi yang di kembangkan oleh Binet dan Simon yaitu
idiot dengan IQ : 30 kebawah ,
embisil IQ 31-50,
debil 51-70,
slow learner dengan IQ 71-90,
normal 91-110
rapid learner dengan IQ 111-120
dan gifted dengan IQ 131 ke atas.
Untuk mengetahui IQ dapat dihitung melalui membagi usia mental anak usia kronologis (CA) dan mengalikan dengan 100.
IQ= MA/CA X 100

Anak yang mendapat di atas IQ 100 menujukkan rata-rata dan anak yang mendapat di bawah 100 masuk dalam kelompok yang berkecerdasan rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar