Like if u like,,,,

9 Des 2010

Kecerdasan adalah Kebodohan


Seringkali saya bertanya mengenai arti kalimat “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, dimana jawaban yang ada semakin membingungkan, timbullah niat untuk mengutak atik kata.

Kata “Smart” dalam bahasa Inggris dapat berarti; cerdas, pintar, tampan, cepat, gegabah, sakit, sombong, angkuh, congkak, golongan elite. Kata “Intellect” dapat berarti; cerdas, pandai, terpelajar, intelligence. Kata “Clever” dapat berarti; pandai, cakap, cekatan, cerdik dan terampil. Di dalam bahasa Arab, kata “Zakiy” dapat berarti; cerdas, pandai, cepat mengerti atau memahami. Kata “’Abqariy” berarti; genius, cerdas, pandai. Dan kata “Maahir” bersinonim dengan kata “Baari’” atau “Muahhal” yang berarti; mahir, pandai, pintar, mampu, cakap dan ahli. Jika disamakan arti kata diantara kedua bahasa ini, maka kata “smart” berarti “Zakiy”, kata “Intellect” berarti “’Abqariy” dan kata “Clever” berarti “Maahir” yang menunjukkan adanya perbedaan arti dan maksud antara kata cerdas dan pintar.

Dahulu, bahasa Indonesia menggunakan kata Maahir, namun karena gengsi dicap sebagai bahasa yang ketinggalan zaman serta kuatnya pengaruh dari barat, maka penggunaan kata Maahir menjadi punah dan digantikan dengan kata Intellectual, yang mana selalu dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai seseorang apakah ia intelek atau tidak melalui bahasa yang berbau terasi, seperti; akulturasi, penetrasi dan lain-lain yang ia gunakan. Padahal kata kata “Maahir” yang kaya akan arti, lebih pantas dan tepat sasaran maupun tujuan dalam penggunaan. Dengan kata lain, kata “Cerdas atau smart dan intellect” lebih condong berarti pada kecerdasan berfikir dan mengeluarkan fikiran, sedangkan kata “Pintar atau Mahir” lebih condong pada arti pandai dan ahli dalam berbuat.

Kita tidak dapat menyalahkan generasi muda maupun generasi mendatang secara langsung, jika mereka terpelajar namun bukan sebagai seorang pelajar karena memang mereka diciptakan sebagai generasi yang cerdas. Contoh kasus; seorang anak yang bersekolah di sebuah SMU atau kuliah, jika orang tuanya menyuruhnya untuk ke pasar atau toko membeli minyak goreng, pasti karena kecerdasannya, ia akan menjawab dengan berbagai alasan. Namun jika ia pintar (Mahir) maka pastilah ia akan bergegas untuk pergi membelinya. Contoh lain; seorang anak diberikan uang jajan sedikit oleh orang tuanya, pasti ia akan banyak beralasan untuk mendapatklan yang lebih banyak lagi, baik dengan cara merayu ataupun berbohong dengan kecerdasan yang ia miliki. Namun jika ia Pintar (Mahir) maka ia akan menerima dan memaklumi kondisi orang tuanya serta menghargai pemberian tersebut.

Dari contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa orang cerdas belum tentu pintar (mahir) dan orang pintar sudah tentu ia mahir meski belum tentu ia cerdas. Orang pintar (mahir) pasti akan melakukan sesuatu jika mengetahui dan menyadari bahwa hal itu adalah baik dan tidak akan melakukkannya jika perbuatan tersebut bertentangan dengan nilai dan norma. Sedangkan orang cerdas belum tentu akan melakukannya karena masih memikirkan untung dan ruginya. Jika kebodohan hanya bertopeng kecerdasan,

apa jadinya bangsa dan masyarakat yang dipimpin oleh orang-orang yang cerdas kelak?


dapat dibaca juga di luluvikar.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar